Beranda | Artikel
Inovasi Produk: Mi Wortel, Makanan Sekaligus Obat
Selasa, 1 April 2014

Wortel, tumbuhan biennial dengan silus hidup 12-24 bulan dan biasanya jadi bahan sayuran, kini dicoba agar dapat dikonsumsi dalam bentuk mi sekaligus sebagai obat. Inovasi ini dilakukan Dwi Winarno, alumnus Universitas Brawijaya Malang. Ia mengembangkan mi wortel ini sebagai makanan yang menyehatkan karena dapat dijadikan obat. Kita sangat akrab dengan wortel. Bagian yang dapat dimakan pada wortel adalah bagian umbi atau akarnya. Wortel menyimpan karbohidrat dalam jumlah besar untuk tumbuhan tersebut berbunga pada tahun kedua.

Wortel mengandung vitamin A yang baik untuk kesehatan mata. Mengkonsumsi wortel baik untuk penglihatan mata, terutama bisa  meningkatkan pandangan jarak jauh. Sayuran ini baik untuk seorang penembak jitu. Wortel sangat berguna sebagai tumbuhan pendamping bagi petani. Wortel dapat menaikkan jumlah produksi tomat jika ditanam bersamaan. Jika dibiarkan berbunga, wortel akan mengeluarkan aroma herbal yang menarik tawon predator untuk datang dan membunuh hama kebun.

Bagaimana inovasi mi wortel dilakukan? ”Bahannya sederhana dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Untuk menghasilkan mi yang prima membutuhkan teknologi pendukungnya,” kata Dwi. Teknologi untuk membuat mi wortel sebenarnya terkait dengan alat yang diciptakan oleh mahasiswa Fakultas Teknik Pangan Unibraw. Meskipun sebagian alat bahan bakunya diimpor, namun ide pembuatan alat untuk membuat mi wortel dari lokal.

Alat tersebut seperti berupa mixer planetari (alat pengaduk) dan dough sheeter (pemipih adonman), serta cutting griil (alat pemotong). Tiga alat ini diciptakan Fakultas Teknik Pangan Unibraw yang fungsinya bukan hanya untuk membuat mi wortel saja. Dwi menjelaskan, produksi mi yang  menggunakan alat itu hasilnya berbeda dari segi rasa, kesegaran, serta awet. Sebab, dengan alat itu mi yang dibuat mempunyai nilai gizi yang baik, serta murah dalam pembuatannya. ”Mungkin karena hal ini banyak sekali konsumen yang memesan mi wortel,” akunya. Bahan yang digunakan untuk membuat mi wortel sebenarnya sangat mudah, yakni tepung terigu, wortel, serta sedikit garam. Namun dalam pengolahannya, yang membuat berbeda dengan yang lain. Bahan-bahan itu dimasukkan ke dalam alat yang sudah disebutkan tadi, dan selanjutnya diolah menjadi mi. Mi wortel, kata Dwi, merupakan satunya-satunya mi yang beredar di Malang tanpa menggunakan bahan pengawet, diproduksi secara halal, serta mempunyai kandungan pro vitamin A yang cukup tinggi. Itu sebabnya ada sebagian  konsumen yang mengonsumsi mi ini untuk pengobatan sakit mata.

Wajar saja kalau ada sebagian konsumen yang berperilaku seperti itu. Sebab mi wortel memang merupakan hasil riset selama beberapa tahun. Sebelum menciptakan mi wortel, Fakultas Teknik Pangan Unibraw melakukan riset dengan menjadikan ubi, sayur, serta jamur sebagai bahan baku mi. Ternyata dalam riset ini, mi dari bahan-bahan itu kurang diminati konsumen.

Bahkan bisa dikatakan gagal. ”Karena gagal, kami mencoba riset lain, yakni dengan wortel,” kata Produk dan Direktur Kantin Teknologi Pangan Unibraw ini.

Bukan itu saja. Mi wortel juga mampu bertahan hingga dua hari. Warnanya yang merah muda juga menggugah konsumen untuk membeli. Warna ini murni hasil warna wortel, dan bukan zat pewarna. Harga jual mi wortel sekitar Rp 9.000 per kilo. Karena itu Dwi awalnya hanya memasarkannya di lingkungan kampus.

Setelah banyak diminati oleh mahasiswa, mi tersebut dijual keluar dengan model penjualan langsung oleh mahasiswa serta beberapa kelompok binaan Fakultas Teknik Pangan Unibraw. Hasilnya membuat lega Dwi yang lalu menerima pesanan mi tersebut untuk pasar lokal di Malang dan daerah lain.  Sayangnya Dwi masih merahasiakan omzet penjualannya. Dwi menjelaskan, produksi mi wortel bisa bekerja sama dengan Fakultas Teknik Pangan Unibraw, dalam bentuk pelatihan pembuatan mi dan pemasarannya. Sejak dibuka program pelatihan, Dwi banyak diundang untuk memberikan pelatihan membuat mi serupa di luar Malang. Dalam pelatihan tersebut, masyarakat tertarik untuk produksi sekaligus memasarkannya. ”Mi ini memang langka. Hanya saja, untuk menghasilkannya dibutuhkan alat tertentu, sehingga harganya sedikit mahal,” katanya.
[Doni Setio Pambudi/Majalah Pengusaha Muslim]


Artikel asli: https://pengusahamuslim.com/2947-inovasi-produk-mi-1566.html